Sudah Kemahalan Masih Bisa Masuk Saham Emiten Tech

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten teknologi mencuri perhatian pelaku pasar modal ketika nilainya terus beterbangan dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi digital dalam negeri.
Salah satu yang popularitasnya sedang naik adalah saham emiten data center, PT DCI Indonesia Tbk (DCII).
Sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) 6 Januari 2021, harga saham ini naik belasan ribu persen dalam kurun waktu 6 bulan alias 14.000% menjadi Rp 59.000/saham dari Rp 420/saham harga penawaran umumnya (IPO).
Saat ini saham DCII memang masih disuspensi oleh BEI sejak 17 Juni lalu.
Pertanyaan pun mengemuka, apakah masih bisa masuk pada saham ini jika nanti suspensi dibuka?
Head of Research PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM), Willinoy Sitorus, menilai prospek bisnis data center memang masih terbuka lebar di Indonesia.
"Bisnis database center diperlukan karena teknologi menggunakan HP [handphone] untuk database HP itu menggunakan database, itu kita simpan di server disimpan di cloud [komputasi awan] ya, sehingga kalau kita lihat Indonesia masih banyak sistem kita itu disimpannya di luar negeri," kata Willinoy Sitorus, dalam program Investime CNBC Indonesia, dikutip Selasa (13/7/21).
Potensi itu membuat bisnis database menjadi sangat diperlukan.
Salah satu kekhawatiran banyak orang ialah sistem database saat ini masih bergantung di luar negeri sehingga fokusnya pada risiko keamanan data. Jika dari dalam negeri bisa menciptakan data center, maka peluang besar untuk menggarap potensi pasar yang besar.
"Jadi menurut saya sih all information, database itu akan menjadi sektor yang booming saya bisa cerita dari sisi story-nya aja sih, tapi untuk komennya saham spesifik ngga bisa komen," kata Willinoy.
Saham ini memang menarik banyak perhatian, sejumlah pengusaha ternama sudah masuk ke dalam perusahaan ini, misalnya bos Grup Indofood, Anthoni Salim, yang resmi memborong saham DCII. Data ini terungkap dalam daftar pemegang saham di atas 5% yang dipublikasikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 2 Juni 2021.
Per Mei, laporan terbaru menyebutkan sang Presiden Direktur DCII Otto Toto Sugiri memegang712.784.905 atau 29,9%, Presiden Komisaris DCII Maria Budiman 536.505.149 atau 22,51%, Han Arming Hanafia 14,11% atau 336.352.227, dan Anthoni Salim 265.033.461 atau 11,12%.
Dalam penjelasannya kepada BEI, Corporate Secretary DCI Indonesia, Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, kenaikan harga saham perseroan yang mencapai Rp 59.000 per saham bergantung pada mekanisme pasar dan persepsi pasar atas masa depan DCII.
Adapun untuk market cap atau kapitalisasi pasar, DCII berhasil merangsek ke 10 besar big cap alias saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun. Market cap DCII sebesar Rp 141 triliun, mendekati PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) di urutan 9 dengan market cap Rp 152 triliun.
Saat ini DCII tengah membangun kawasan data center di Karawang, Jawa Barat.
Sebagai informasi, saham emiten data center lainnya, satu grup dengan DCI, yakni PT Indointernet Tbk (EDGE) juga sudah meroket. Pada perdagangan sesi I, Selasa ini (13/7), saham EDGE turun 4,16% di Rp 31.700/saham. Meski demikian sahamnya sudah meroket 330% dari harga IPO Rp 7.375 per saham pada 8 Februari 2021.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
Sumber: www.cnbcindonesia.com
0 Response to "Sudah Kemahalan Masih Bisa Masuk Saham Emiten Tech"
Post a Comment